Rabu, 14 Desember 2016

Makalah Jihad

JIHAD


 




MAKALAH

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Hadist Ijtima’i
Dosen Pengampu : M Labib Syauqi. S.Th M.A.

Disusun Oleh :
Ulum Maulani             (1522103053)
Umi safangatun           (1522103054)
Nur hidayati                (1522103030)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO

2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajaranya, alqur’an dan hadist tampak ideal dan agung, Di dalam Al-qur’an dan Hadist Allah memerintahkan berjihad untuk menegakkan syariat islam sebagaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun Allah juga memerintahkan untuk saling mengasihi dan menghormati antar umat beragama, jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, mensucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.
Maka pemahaman akan arti jihad, pengaplikasian dan pengamalan jihad harus benar-benar difahami agar tidak salah dalam melangkah sehingga pencatutan jihad sebagai pembelaan atas perbuatan manusia tidak melulu dibenarkan.
B.     Rumusan Masalah
Melihat dari pemaparan yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian jihad?
2.    Bagaimana hukum serta macam-macam jihad?

C.    Tujuan
Bertolak pada rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki tujuan:
1.      Mendiskrisipkan pengertian tentang jihad.
2.      Mendiskrisipkan hukum serta macam macam jihad berdasarkan hukum Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Jihad
Jihad dari kata jahada berarti mencurahkan segala kemampuaan (untuk tercapainya sesuatu yang diinginkan) berjuang bersungguh - sungguh[1].
Firmannya Allah memerintahkan.
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِه ِ الاية...
(Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. (QS Al-hajj : 78)
Dalam sebuah hadits nabi bersabda:
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ
Artinya: Siapa saja yang berperang dengan tujuan menjadikan kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, maka ia berada di jalan Allah. (Hadits Riwayat al-Bukhari).
Dalam hadits yang lain:
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ
Artinya: Siapa saja yang berperang dengan tujuan menjadikan kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, maka ia berada di jalan Allah. (Hadits Riwayat al-Bukhari).

Kata jihad tidak selalu menunjukkan pada makna perang, atau perjuangan bersenjata, dari catatan sejarah menyatakan bahwa perjuangan bersenjata baru dilakukan Nabi Saw dan para sahabatnya setelah beliau dan para sahabat telah berhijrah ke madinah, Maka demikian dapat disimpulkan bahwa jihad adalah segala upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang sebagai manifestasi keimanan nya dalam rangka tegaknya kebenaran dan terberantasnya kebatilan, baik dilakukan dengan jalan perang maupun tanpa perang, yang dalam intinya jihad adalah perjuangan umat islam di jalan allah dalam rangka tegaknya  amar–ma’ruf dan nahi–munkar.



Al-bajuri mendenifisikan jihad sebagai berikut[2]
الجهاد اي القتال في سبيل الله ما خؤد من الجا هده و هي المقا تله لا قامت الدين وهدا هو الخهاد الاصغر ام الجهاد الاكبر فهو مجا هده النفس فلد لك كا نا لنبى ص م يقو ل ادا رجع من الجهاد رجعنا من الجهاد الا صغر الي الجهاد الاكبر
“jihad  atau qital itu berarti perang dijalan allah yang berasal dari kata al-mujahadah, yaitu perang untuk menegakkan agama dan (pegertian) ini yang dinamakan jihad ashghar, sedangkan jihad ashghar adalah jihad melawan hawa nafsu, mengingat sabda Nabi Muhammad Saw, ketika beliau baru kembali dari medan perang “ kita baru kembali dari jihad ashghar menuju jihad akbar”

B.     Dasar Jihad
Dasar jihad dalam al qur’an sudah disampaikan oleh Alloh dalam surat al ankabut ayat 6.
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
(Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Al-Ankabut [29] : 6)
Juga dalam surat attaubat ayat 41.
وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
..dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui

Sementara dalam hadis sangat banyak diceritakan seruan jihad seperti dalam sebuah hadist.
ان عبد اقدم فبايع رسول الله  فبايعه على الاسلام والجهاد, فقدم صاحبه, فاخبرانه مولكه فاشتراه رسول الله  منه بعبدين فكان بعد دلك اذا اتاه من لايعرفه يبايعه ساله اهوامعلوك فان قال حر بايعه على الا سلام والجهاد وان قل عبد با يعه  على الاسلام دون الجهد
“Seorang hamba sehaya datang lalu berbai’at kepada rasullah s.a.w, maka beliu pun membai’atnya atas islam dan jihad, kemudian  datang seorang sahabat dan memberitahukan  bahwa orang tersebut miliknya, Rasullah SAW, lalu membelinya dengan dua orang hamba sehaya, sesudah peristiwa itu apabila datang seorang yang tidak beliau kenal dan membai’atnya, beliau bertanya dulu, apakah dia ‘merdeka’ beliau membai;atnya atas islam dan jihat dan kalau berkata ‘hamba sehaya’ beliau membai’atnya atas islam tidak usah jihad[3]”.
C.     Syarat Jihad
Menurut Syaikh Abu Syuja’ syarat-syarat jihad ada tujuh antar lain[4] :
1.    Islam
2.    Baligh
3.    Berakal
4.    Merdeka
5.    Laki-laki
6.    Sehat
7.    Kuat berperrang
D.    Rukun Jihad
Masih menurut Syaikh Abu Syuja’ rukun jihad antar lain[5]:
1.      Tegas dan siap mati ketika menghadapi serangan musuh, karena Allah Ta’ala mengharamkan Mujahid mundur dari serangan musuh.
2.      Dzikir kepada Allah Ta’ala dengan hati dan lisan dalam rangka meminta kekuatan Allah Ta’ala dengan ingat janji, ancaman, dukungan serta pertolongan-Nya kepada wali-wali-Nya. Dengan dzikir seperti itu, hati menjadi tegar dan semangat perang menjadi kuat.
3.      Ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dengan tidak melanggar perintah keduanya dan meninggalkan larangan keduanya.
4.      Tidak menimbulkan konflik ketika memasuki kancah perang, namun dengan satu barisan yang tidak ada celah kosong didalamnya, hati yang menyatu, dan badan-badan yang rapat seperti bangunan kokoh.
5.      Sabar dan tetap dalam kesabaran, dan siap mati ketika memasuki kancah perang hingga pertahanan musuh terbongkar dan barisan mereka terkalahkan.



E.       Macam-Macam Jihad
Jihad dibagi menjadi beberapa macam sesuai yang diamapikan oleh hadist dan Alquran diantanya :
1.    Jihad Al-nafs
Jihad al-nafs ialah jihad dalam arti memerangi hawa nafsu, dalam islam Jihad al-nafs dikatagorikan ke dalam jihad akbar, sebab Jihad al-nafs merupakan awal dari segalabentuk jihad, termasuk ke dalam jihad al-nafs adalah memerangi ketamakan, kezaliman, kesombongan, kebodohan, kemalasan, kemiskinan, kemaksiatan, nafsu ingin dihormati, menghasut, dan buruk sangka.
Seperti dalam hadist seusai pulang dari perang badar.
رجعتم من الجهاد الاصغر الى الجهاد الأكبر فقيل وماجهاد الأكبر يارسول الله؟ فقال جهاد النفس
“Kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah saw. Apakah pertempuran besar wahai Rasulullah? Rasul menjawab "jihad (memerangi) hawa nafsu”

2.      Jihad Al-Mal
Jihad al-mal merupakan perpaduan jihad bi al-nafs dan jihad bi al-amwal, jihad bil-nafs sama dengan al-qital (perang) , yaitu jihad atau perjuangan dengan mengorbankan jiwa, jika diserang diusir atau diancam musuh yang mengakibatkan terganggu atau hilangnya kebebasan beragama, sedangkan jihad bil-amwal adalah perjuangan dengan (mengorbankan) demi kepentingan agama dan masyarakat harta, jihad bil-amwal dapat berupa infak, sedekah, wakaf dan sebagainya[6].

Firman allah
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah” (al-taubah : 41)



Dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i mengenai jihad harta dan benda :
مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ٠
"Barang siapa yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, baginya disediakan tujuh ratus lipat harta yang dibelanjakan­nya itu".

Juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Enam, kecuali Malik mengenai salah satu macam jihad harta benda dengan menyiapkan bekal bagi pejihad dan menafkahi keluarga :
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا٬وَ مَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِيْ أَهْلِهِ غَزَا٠
"Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang hendak pergi ke medan jihad di jalan Allah, berarti ia telah berjihad, dan barang siapa menanggung nafkah keluarga seseorang yang sedang berperang, berarti ia telah berjihad dijalan Allah".
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.    Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.
2.    Islam selalu mengajak orang kepada perdamaian dan kerukunan. Islam tidak pernah mengizinkan seseorang untuk memerangi siapa pun yang tidak bersalah. Namun dalam kondisi dimana umat Islam diperangi, maka Islam pun mengenal peperangan melawan kebatilan dengan melakukan kontak senjata.






















DAFTAR PUSTAKA


Muhammad Alhusaini, Imam Taqiyuddin Abu Bakar. 2003. kifatul akhyar. cet ketiga.
Surabaya:Bina Imam.
Saleh hasan. 2004. kajian fiqih & fiqih konterporer. Jakarta : It Raja Grafindo Persada.
Anas, Imam malik ibnu. 1999. Al-muawatta. Cet kedua jakarta: pt raja grafindo persada



[1] Hassan saleh/kajian fiqih & fiqih kontemporer(Jakarta:IT raja persada.2004)
[2] Imam malik ibnu anas/Al-muwatta(Jakarta:PT raja grafindo persada.1999) hlm 230
[3] Imam taqiyuddin abu bakar bin muhammad al-husaidi/kifayatul akhyar(surabaya:bina imam.2003) hlm 429
[4] Ibid, hlm 428
[5] Ibid, hlm 428
[6] Hassan saleh/kajian fiqih & fiqih kontemporer(Jakarta:IT raja grafindo persada.2004) hlm 281

Tidak ada komentar:

Posting Komentar